Pulau Payung bentuknya tidaklah seperti namanya, pulau yang berada di kepulauan seribu ini memiliki eksotika keindahan terumbu karang dengan daerah yang cukup luas. Penduduk Pulau payung tidaklah banyak, keramahan masyarakatnya dapat manjadikan pulau ini sebagai alternatif tujuan wisata di kepulauan seribu,
di luar pulau-pulau lainnya.
Pada Saat ini sudah terdapat sejumlah rumah penduduk mulai
disewakan kepada wisatawan yang sengaja hendak berlibur dan menginap di
Pulau Payung. Tarif menginap tak jauh beda dengan Pulau Tidung. Beberapa
jasa travel mulai bekerjasama dengan penduduk di sini. “Jumlah
penginapan kurang lebih 4 buah,” terangnya. Ke depan Salim berharap
wisatawan yang berkunjung bisa terus meningkat dan tentu saja itu makin
menambah berkah ekonomi warga Pulau Payung.
Seiring kian populernya pulau tidung berdampak baik dengan perkembangan wisata
Pulau payung, pulau seluas 20 hektar ini kian
diminati wisatawan untuk dikunjungi, khususnya di akhir minggu dan
libur panjang. “Lebaran kemarin, pengunjung yang datang ke sini sekitar
500 orang,” tutur Salim (31 tahun), warga Pulau Payung, Senin (5/09).
Kebanyakan mereka yang datang ke pulau bependuduk sekitar 150 jiwa
itu wisatawan dengan tujuan utama Pulau Tidung yang setiap akhir
minggunya dibanjiri ribuan pengunjung. Dari Pulau Tidung, Pulau Payung
bisa ditempuh sekira 20 menit menggunakan kapal tradisional. Dari atas
Jembatan Cinta, ikon wisata Pulau Tidung, pulau Payung nampak terlihat.
Selam dangkal (snorkeling) adalah aktivitas yang paling
sering dilakukan di pulau itu. Kegiatan itu banyak disediakan penyedia
jasa wisata yang didirikan putera pulau atau dari luar pulau sebagai
paket wisata ke Pulau Tidung.
Wisatawan biasa melihat panorama bawah laut di sekitar gudus, gundukan batu dan koral yang mengitari Pulau Payung. “Snorkeling di Pulau Payung bagus banget,”
kata Nadhifa Ramadhani asal Jakarta dalam kicauan di jejaring
sosialnya, Senin (5/09). Sayangnya, kata Nadhifa, kondisi sebagian
terumbu karang di pulau yang masuk wilayah Kelurahan Tidung itu rusak
dan mati.
Usai selam dangkal, wisatawan “naik ke darat” mengunjungi pulau untuk
melepas penat atau mengisi perut dengan panganan yang disediakan para
penjual makanan dan minuman yang berjejer tak jauh dari pelabuhan.
Sebagian ibu-ibu membuka warung dadakan dengan membuat tenda.
Selain itu, wisatawan juga biasa berlama-lama menghabiskan waktu di
di pinggir pantai berpasir putih atau mengambil gambar yang lokasinya
juga tak jauh dari pelabuhan utama. Lokasi itu makin menarik lantaran
ditumbuhi pohon cemara di sepanjang pesisir pantai.
Bagi Salim dan kebanyakan penduduk Pulau Payung, kehadiran wisatawan
itu sangat dirasakan mendongkrak pendapatan mereka yang umumnya
berprofesi sebagai nelayan. Kapal-kapal nelayan yang biasa mereka
gunakan memancing kini lebih banyak dimanfaatkan untuk disewakan kepada
wisatawan yang hendak selam dangkal di sekitar pulau atau di pulau-pulau
lain seperti Tidung Kecil, Air, atau Karang Beras. “Hasilnya sudah
pasti ketimbang memancing. Apalagi sekarang ini ikan juga susah
didapat,” Kata pemilik tiga kapal tradisional ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar